Purwaka

Senin, 27 Agustus 2012

KESENIAN BEGALAN

               Kesenian begalan merupakan bagian dari upacara adat pernikahan daerah Banyumas. Kesenian ini dianggap sebagai tolak bala. Kesenian begalan  dilaksanakan apabila pasangan pengantin terdiri dari anak bungsu dan sulung. Kata begalan sendiri terdiri dari kata begal 'perampok' dan akhiran '-an'. Kesenian begalan dapat diartikan sebagai perampokan ditengah jalan. Adegan dalam kesenian begalan menggambarkan seseorang yang sedang membawa barang-barang perabot rumah tanggga (kebutuhan hidup) yang dirampas oleh perampok.
A.    Sejarah Begalan
            Sejarah pertunjukan kesenian begalan memilika banyak versi, namun yang akan saya paparkan adalah terkait dengan peristiwa ngundhuh mantu-nya Adipati Banyumas. Versi ini mengatakan bahwa begalan mulai ada sejak peristiwa Adipati Banyumas ngundhuh mantu Dewi Sukesi Putri Adipati Wirasaba. Setelah melangsungkan pernikahan kedua mempelaipun kembali ke Banyumas dikawal para sentana Kadipaten. Rombongan pengantin menempuh perjalanan dari Wirasaba ke Banyumas dengan berjalan kaki. Kondisi jalan pada saat itu masih sangat sulit. Perjalanan memakan waktu yang cukup lama. Sampailah mereka di daerah Pelumutan, mereka menyebrang sungai serayu di daerah Tambangan sampailah di desa Jurangmangu. Ketika rombongan sedang berjalan tiba-iba disergap oleh begal 'perampok'. Terjadilah pertempuran antara sentana Kadipaten dengan para begal tersebut. Komplotan begal akhirnya dapat dikalahkan. Perjalananpun mereka lanjutkan kembali.
            Matahari sudah mulai terbenam mereka memutuskan untuk bermalam disuatu tempat. Sambil melepas lelah mereka sangat suka melihat cahaya lampu di arah selatan yang sangat indah bagaikan kunang-kunang di sawah. Tempat istirahat mereka ini kemudian menjadi dusun Sokawera (suka 'senang', wera 'pemandangn'). Pagi harinya mereka terus menuju ke arah barat, sampai di perbatasan kota Banyumas para rombongan keder 'bingung arah'. Cukup lama mereka berputar-putar di tempat itu bahkan mereka terpaksa harus bermalam daripada tersesat. Untuk mengingat kejadi tersebut tempat ini kemudian menjadi dusun Kedunguter. Perjalananpun dilanjutkan, setelah sampai di Kadipaten para sesepuh berpesan kepada masyarakat agar setiap menikahkan putra sulung atau bungsu hendaknya mengadakan kesenian begalan. Demikianlah adat begalan terjadi secara turun temurun sampai sekarang.
B.     Paraga Begalan
Tarian Begalan dibawakan oleh dua pemain pria yang dilakukan berpasangan. Seorang bertindak sebagai pembawa barang-barang (peralatan dapur) dan seorang bertindak sebagai  begal 'prampok'. Begalan ini membawakan dialog dengan gaya jenaka yang isinya berupa petuah-petuah penting bagi kedua mempelai atau penonton pertunjukan begalan tersebut.
 Nama tokoh dalam  setiap grup begalan dapat berbeda-beda. Mereka dapat menciptakan nama pemain sendiri sesuai selera, terdapat beberap nama tokoh yang sering dipakai dalam pertunjukan begalan yaitu Surantani, Sabdaguna, Guna (sebagai korban dalam perampokan) dan Surandenta, Rekadaya, Karya (sebagai perampok). Nama tersebut memiliki maksud seperti Sabdaguna yaitu semua yang diucapka mengandung nasehat yang berguna. Rekadaya berarti usaha/upaya. Karya berarti kerja sedangkan Guna adalah berguna.
C.    Ubarampe Begalan
 Materi atau peralatan yang dibutuhkan dalam pementasan Begalan ini antara lain adalah:
1.       Perkakas begalan.
Perkakas yang dipergunakan dalam kesenian begalan mengandung unsur simbolik. Simbol merupakan unit atau bagian terkecil dalam ritual yang mengandung makna dari tingkahlaku ritual yang bersifat khusus. Berikut beberapa perkakas begalan beserta simbolnya:
a.       Pikulan (mbatan/wangkring)
Pikulan atau mbatan merupakan alat pengangkat brenong kepang bagi peraga Surantani (Pihak yang dibegal). Alat ini terbuat dari bambu. Pikulan melambangkan bahwa seorang laki-laki atau perempuan yang akan menikah harus dipertimbangkan dahulu bibit, bebet, dan bobotnya sehingga tidak menyesal dikemudian hari. Selain itu pikulan juga berarti bahwa nanti jika seseorang telah menikah, hendaknya segala suka dan duka dirasakan dan dipikul secara bersama-sama agar semuanya terasa lebih ringan.
b.      Wlira (Pedang Wlira)
Alat yang digunakan untuk memukul salah satu alat-alat dalam brenong kepang. Wlira terbut dari kayu panjangnya kurang lebih 1m, tebal 2cm, lebar 4cm. Pembawa alat ini adalah dari pihak pembegal atau Surandenta. Surandenta dan pedang wlira menggambarkan seorang laki-laki yang bertanggung jawab berani menghadapi sesuatu yang menyangkut keselamatan keluarga.

c.        Brenong kepang
Brenong kepang yaitu paralatan yang di bawa oleh Surantani utusan dari pihak pria yang berupa alat-alat dapur, seperti:
·         Ian yaitu anyaman bambu panjangnya kurang lebih 1m berbentuk bujur sangkar. Merupakan alat untuk angi nasi. Melambangkan bumu tempat kita berpijak.
·         Ilir yaitu anyaman bambu panjang dan lebarnya 35cm dan diberi tangkai sebagai alat untuk pegangan.  Melambangkan seseorang yang sudah berkeluarga agar dapat membedakan mana perbuatan yang baik dan mana yang buruk.
·         Cething yaitu alat yang digunakan sebagai tempat nasi, terbuat dari anyaman bambu. Maksudnya adalah manusia hidup di bumi dan di tengah masyarakat tidak boleh sekehendak sendiri tanpa menghiraukan lingkungan dan sesame hidup.
·         Kukusan yaitu Alat penanak nasi yang dibuat dari anyaman bambu, berbentuk kerucut. Alat ini melembangkan bahw aseorang yang sudah berani hidup berrumah tangga harus berani berjuang untuk memenuhi kebutuhanhidupnya walaupun harus merasakan sesuatu yang kurang menyenangkan atau kurang diharapkan.
·         Centhong yaitu Alat yang terbuat dari kayu atau tempurung kelap, berfungsi untuk mengambil nasi. Maksudnya seseorang yang sudah berrumah tangga harus mau mengoreksi diri (introspeksi diri)sehingga jika ada perselisihan antara kedua belah pihak dapat segera diselesaikan. Selalu mengadakan musyawarah untuk mencapai mufakat sehingga terwujud keluarga yang sejahtera bagahia lahir dan batin.
·         Irus yaitu Alat yang terbuat dari kayu atau tempurung kelapa, berfungsi untuk mengambil atau mengaduk sayur. Maksudnya adalah seseorang yang sudah berumah tangga janganlah senang mengambil orang lain atau tergiur dengan pria/wanita lain karena akan menyebabkan keretakkan dala rumah tangga.
·         Siwur  yaitu alat yang terbuat dari tempurung kelapa yang diberi sedikit lubang pada bagian tengah dan kemudian diberi tangkai dari bambu atau kayu, berfumgsi untuk mengambil air. Siwur merupakan  kerata basa  'akronim' dari kata asihe aja di awur-awur  artinya orang yang sudah berrumah tangga harus dapat mengekang hawa napsu jangan suka menabur benih kasih saying kepada wanita/pria lain. Sehingga tidak menimnulkan goncangan rumah tangga agar bahtera rumah tangganya dapat selamat.

2.      Busana
Kostum dalam pementasan seni begalan  sangat sederhana dan tidak terlalu menuntut pada bahan-bahan yang mahal, warna-warna yang gemerlap ataupun model yang aneka ragam. Mereka cukup menggunakan pakaian adat Jawa. Pakaian yang biasanya dikenakan para pemain begalan antara lain adalah: Baju koko hitam, Stagen dan sabuk, Celana komprang hitam, Kain jarik atau sarung,  Sampur, Iket wulung hitam. Cara memakai kostumnya partama-pertama celana dan baju lalu kain jarik yang diberi stagen dan ikat pinggang. Jika tidak ada kain jarik dapat menggunakan kain sarung. Sampur dikalungkan kepada leher. Kemudian iket di ikatkan pada kepala.
3.      Musik/ Iringan
 Pentas kesenian begelan menggunakan musik dan iringan. Gendhing-gendhing Jawa yang biasanya digunakan untuk mengiringi pementasan ini antara lain adalah: Ricik-ricik Banyumasan, Gunung Sari Kalibagoran, Renggong kulon, Pisang balik, dan Eling-eling Banyumasan.

Baca Juga:

1 komentar:

  1. saya asli pelumutan. lagi kecil sering liat begalan

    www.c-motivasi.com

    BalasHapus