Kesenian
begalan merupakan bagian dari upacara adat pernikahan daerah Banyumas. Kesenian
ini dianggap sebagai tolak bala. Kesenian begalan dilaksanakan apabila pasangan pengantin
terdiri dari anak bungsu dan sulung. Kata begalan sendiri terdiri dari kata begal
'perampok' dan akhiran '-an'. Kesenian begalan dapat diartikan sebagai
perampokan ditengah jalan. Adegan dalam kesenian begalan menggambarkan
seseorang yang sedang membawa barang-barang perabot rumah tanggga (kebutuhan
hidup) yang dirampas oleh perampok.
A. Sejarah Begalan
Sejarah
pertunjukan kesenian begalan memilika banyak versi, namun yang akan saya
paparkan adalah terkait dengan peristiwa ngundhuh mantu-nya Adipati Banyumas.
Versi ini mengatakan bahwa begalan mulai ada sejak peristiwa Adipati Banyumas
ngundhuh mantu Dewi Sukesi Putri Adipati Wirasaba. Setelah melangsungkan
pernikahan kedua mempelaipun kembali ke Banyumas dikawal para sentana
Kadipaten. Rombongan pengantin menempuh perjalanan dari Wirasaba ke Banyumas
dengan berjalan kaki. Kondisi jalan pada saat itu masih sangat sulit.
Perjalanan memakan waktu yang cukup lama. Sampailah mereka di daerah Pelumutan,
mereka menyebrang sungai serayu di daerah Tambangan sampailah di desa
Jurangmangu. Ketika rombongan sedang berjalan tiba-iba disergap oleh begal
'perampok'. Terjadilah pertempuran antara sentana Kadipaten dengan para begal
tersebut. Komplotan begal akhirnya dapat dikalahkan. Perjalananpun mereka
lanjutkan kembali.
Matahari
sudah mulai terbenam mereka memutuskan untuk bermalam disuatu tempat. Sambil
melepas lelah mereka sangat suka melihat cahaya lampu di arah selatan yang
sangat indah bagaikan kunang-kunang di sawah. Tempat istirahat mereka ini
kemudian menjadi dusun Sokawera (suka 'senang', wera 'pemandangn'). Pagi
harinya mereka terus menuju ke arah barat, sampai di perbatasan kota Banyumas
para rombongan keder 'bingung arah'. Cukup lama mereka berputar-putar di tempat
itu bahkan mereka terpaksa harus bermalam daripada tersesat. Untuk mengingat
kejadi tersebut tempat ini kemudian menjadi dusun Kedunguter. Perjalananpun
dilanjutkan, setelah sampai di Kadipaten para sesepuh berpesan kepada
masyarakat agar setiap menikahkan putra sulung atau bungsu hendaknya mengadakan
kesenian begalan. Demikianlah adat begalan terjadi secara turun temurun sampai
sekarang.
B. Paraga Begalan
Tarian
Begalan dibawakan oleh dua pemain pria yang dilakukan berpasangan. Seorang
bertindak sebagai pembawa barang-barang (peralatan dapur) dan seorang bertindak
sebagai begal 'prampok'. Begalan ini
membawakan dialog dengan gaya jenaka yang isinya berupa petuah-petuah penting
bagi kedua mempelai atau penonton pertunjukan begalan tersebut.
Nama tokoh dalam setiap grup begalan dapat berbeda-beda.
Mereka dapat menciptakan nama pemain sendiri sesuai selera, terdapat beberap
nama tokoh yang sering dipakai dalam pertunjukan begalan yaitu Surantani,
Sabdaguna, Guna (sebagai korban dalam perampokan) dan Surandenta, Rekadaya,
Karya (sebagai perampok). Nama tersebut memiliki maksud seperti Sabdaguna yaitu
semua yang diucapka mengandung nasehat yang berguna. Rekadaya berarti
usaha/upaya. Karya berarti kerja sedangkan Guna adalah berguna.
C. Ubarampe Begalan
Materi atau peralatan yang dibutuhkan dalam
pementasan Begalan ini antara lain adalah:
1. Perkakas begalan.
Perkakas
yang dipergunakan dalam kesenian begalan mengandung unsur simbolik. Simbol
merupakan unit atau bagian terkecil dalam ritual yang mengandung makna dari
tingkahlaku ritual yang bersifat khusus. Berikut beberapa perkakas begalan
beserta simbolnya:
a.
Pikulan (mbatan/wangkring)
Pikulan
atau mbatan merupakan alat pengangkat brenong kepang bagi peraga Surantani
(Pihak yang dibegal). Alat ini terbuat dari bambu. Pikulan melambangkan bahwa
seorang laki-laki atau perempuan yang akan menikah harus dipertimbangkan dahulu
bibit, bebet, dan bobotnya sehingga tidak menyesal dikemudian hari. Selain itu
pikulan juga berarti bahwa nanti jika seseorang telah menikah, hendaknya segala
suka dan duka dirasakan dan dipikul secara bersama-sama agar semuanya terasa lebih
ringan.
b. Wlira (Pedang Wlira)
Alat
yang digunakan untuk memukul salah satu alat-alat dalam brenong kepang. Wlira
terbut dari kayu panjangnya kurang lebih 1m, tebal 2cm, lebar 4cm. Pembawa alat
ini adalah dari pihak pembegal atau Surandenta. Surandenta dan pedang wlira
menggambarkan seorang laki-laki yang bertanggung jawab berani menghadapi
sesuatu yang menyangkut keselamatan keluarga.
c. Brenong kepang
Brenong
kepang yaitu paralatan yang di bawa oleh Surantani utusan dari pihak pria yang
berupa alat-alat dapur, seperti:
·
Ian
yaitu anyaman bambu panjangnya kurang lebih 1m berbentuk bujur sangkar.
Merupakan alat untuk angi nasi. Melambangkan bumu tempat kita berpijak.
·
Ilir
yaitu
anyaman bambu panjang dan lebarnya 35cm dan diberi tangkai sebagai alat untuk
pegangan. Melambangkan seseorang yang
sudah berkeluarga agar dapat membedakan mana perbuatan yang baik dan mana yang
buruk.
·
Cething
yaitu alat yang digunakan sebagai tempat nasi, terbuat dari anyaman bambu.
Maksudnya adalah manusia hidup di bumi dan di tengah masyarakat tidak boleh
sekehendak sendiri tanpa menghiraukan lingkungan dan sesame hidup.
·
Kukusan
yaitu Alat penanak nasi yang dibuat dari anyaman bambu, berbentuk kerucut. Alat
ini melembangkan bahw aseorang yang sudah berani hidup berrumah tangga harus
berani berjuang untuk memenuhi kebutuhanhidupnya walaupun harus merasakan
sesuatu yang kurang menyenangkan atau kurang diharapkan.
·
Centhong
yaitu Alat yang terbuat dari kayu atau tempurung kelap, berfungsi untuk
mengambil nasi. Maksudnya seseorang yang sudah berrumah tangga harus mau
mengoreksi diri (introspeksi diri)sehingga jika ada perselisihan antara kedua
belah pihak dapat segera diselesaikan. Selalu mengadakan musyawarah untuk
mencapai mufakat sehingga terwujud keluarga yang sejahtera bagahia lahir dan
batin.
·
Irus
yaitu Alat yang terbuat dari kayu atau tempurung kelapa, berfungsi untuk
mengambil atau mengaduk sayur. Maksudnya adalah seseorang yang sudah berumah
tangga janganlah senang mengambil orang lain atau tergiur dengan pria/wanita
lain karena akan menyebabkan keretakkan dala rumah tangga.
·
Siwur yaitu alat yang terbuat dari tempurung kelapa
yang diberi sedikit lubang pada bagian tengah dan kemudian diberi tangkai dari
bambu atau kayu, berfumgsi untuk mengambil air. Siwur merupakan kerata basa
'akronim' dari kata asihe aja di awur-awur artinya orang yang sudah berrumah tangga
harus dapat mengekang hawa napsu jangan suka menabur benih kasih saying kepada
wanita/pria lain. Sehingga tidak menimnulkan goncangan rumah tangga agar
bahtera rumah tangganya dapat selamat.
2. Busana
Kostum
dalam pementasan seni begalan sangat
sederhana dan tidak terlalu menuntut pada bahan-bahan yang mahal, warna-warna
yang gemerlap ataupun model yang aneka ragam. Mereka cukup menggunakan pakaian
adat Jawa. Pakaian yang biasanya dikenakan para pemain begalan antara lain
adalah: Baju koko hitam, Stagen dan sabuk, Celana komprang hitam, Kain jarik
atau sarung, Sampur, Iket wulung hitam.
Cara memakai kostumnya partama-pertama celana dan baju lalu kain jarik yang
diberi stagen dan ikat pinggang. Jika tidak ada kain jarik dapat menggunakan
kain sarung. Sampur dikalungkan kepada leher. Kemudian iket di ikatkan pada
kepala.
3. Musik/ Iringan
Pentas kesenian begelan menggunakan musik dan
iringan. Gendhing-gendhing Jawa yang biasanya digunakan untuk mengiringi
pementasan ini antara lain adalah: Ricik-ricik Banyumasan, Gunung Sari Kalibagoran,
Renggong kulon, Pisang balik, dan Eling-eling Banyumasan.
Baca Juga: